Casino88 Online Slot99 Sbobet Slot Sbobet888 Joker1888 88bet Slot39 7mmbet Slot388 Joker138 Joker888

“Aku iblis. Aku melakukannya.” Lucy Letby, perawat bayi paling sadis dari Inggris

SAHMITRA – Lucy Letby, 33 tahun, perawat neonatal di sebuah rumah sakit Countess of Chester di Inggris dinyatakan bersalah membunuh lima bayi laki-laki dan dua bayi perempuan dan mencoba membunuh enam bayi lainnya ketika dia bekerja di rumah sakit tersebut antara tahun 2015 dan 2016.

Adalah pada bulan Juni 2016, Stephen Brearey, dokter kepala di unit neonatal rumah sakit Countess of Chester yang merawat bayi prematur dan rentan, yang merasa prihatin dengan serentetan kematian bayi yang meresahkan dan tidak terduga di bangsalnya. Setidaknya sudah ada enam bayi yang meninggal dan beberapa bayi lainnya mengalami komplikasi yang tidak biasa.

Kemudian, pada sore hari tanggal 23 Juni, seorang bayi laki-laki, salah satu dari kembar tiga yang baru lahir tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal. Malam berikutnya, ketika orang tuanya masih belum pulih, salah satu dari bayi-bayi itu meninggal lagi. Setelah ditelusuri, ditemukan bahwa bayi-bayi tersebut dirawat oleh seorang perawat bernama Lucy Letby.

Dan ketika Brearey menelusuri lebih lanjut, dia menemukan bahwa nama Letby terus muncul dalam setiap kasus kematian bayi-bayi yang mencurigakan tersebut. Dia bahkan telah menyampaikan fakta tersebut kepada para eksekutif rumah sakit dan menuntut mereka untuk mengeluarkan Letby dari unitnya. Namun para eksekutif tersebut mengatakan tidak ada bukti jelas yang memberatkan Letby dan bersikeras bahwa aman untuk bekerja dengan perawat tersebut.

Ternyata Brearey bukanlah orang pertama yang mencium kejanggalan yang meresahkan di bagsal neonatal. Musim panas 2015, Dr. Ravi Jarayam juga pernah mencurigai keterlibatan Lucy atas kematian bayi yang dianggap janggal pada bulan Juni dan Oktober 2015. Dr Jayaram kemudian melapor ke direktur senior keperawatan. Namun malah mendapatkan tekanan yang cukup besar dari manajemen senior di rumah sakit agar tidak membuat keributan.

Juni 2018 Letby secara resmi ditetapkan sebagai tersangka dan ditangkap untuk pertama kalinya. Pada pengeledahan yang dilakukan di rumah Letby usai penangkapannya, Polisi menemukan kertas catatan yang ditulis olehnya yang berbunyi:

“Aku tidak pantas untuk hidup. Aku sengaja membunuh mereka karena aku tidak cukup baik untuk merawat mereka.”

“Aku iblis. Aku melakukannya.”

Di kamar tidurnya, Polisi menemukan lembaran serah terima rumah sakit yang dimasukkan ke dalam tas belanjaan. Secara total terdapt 257 dokumen medis rahasia dan banyak di antaranya berkaitan dengan bayi yang diserang atau dibunuhnya.

Bukti lainnya yang ditemukan adalah data akun Facebook Letby yang mengungkapkan dia berulang kali mencari orang tua korbannya. Termasuk pada Hari Natal, atau pada peringatan kematian bayi. Dan foto jepretan layar dari kartu simpati yang dikirimkan Letby kepada orang tua salah satu korbannya ditemukan di ponselnya.

Tapi bukti yang paling penting adalah laporan rotasi staf yang secara gamblang menunjukkan bahwa satu-satunya perawat yang bertugas pada setiap kejadian adalah Lucy Letby.

Pada tahun 2020, COVID menyerang dan penyelidikan menjadi lambat. Penangkapan terakhir Letby terjadi pada November 2020 dan dia didakwa secara resmi. Dia tetap di penjara sejak saat itu.

Letby dituduh sengaja melukai bayi yang baru lahir dengan berbagai cara. Ada bayi yang disuntik dengan udara dan dua bayi disuntik insulin, ada yang diberi terlalu banyak susu, ada yang alat bantu pernapasannya dilepas, dan satu bayi ditemukan mengalami luka traumatis pada hati setelah ia meninggal. Letby juga dituduh memasukkan benda asing dengan sangat brutal ke dalam tenggorokan seorang anak sehingga staf tidak dapat melihat ke dalam tenggorokannya, saat mereka melakukan intubasi, karena tenggorokannya penuh dengan darah.

Serangan yang dilakukan oleh Letby pada bayi-bayi tersebut tidak dilakukan secara acak. Letby memilih untuk menyakiti bayi pada hari-hari tertentu, yakni hari dimana bayi prematur seharusnya dilahirkan atau hari dimana bayi seharusnya dibawa pulang.

Meski demikian di pengadilan Letby menyangkal semua tuduhan yang ditujukan kepadanya. Dalam ruang sidang dia terlihat terisak saat membicarakan binatang peliharaannya, Smudge dan Tigger dan rumah yang terpaksa dia tinggalkan. Namun pada saat ditanya soal bayi-bayi itu, mendadak air matanya hilang. Dan ketika Jaksa bertanya kepadanya mengapa dia tidak menangis ketika berbicara mengenai bayi-bayi itu. Dia menyangkal dengan mengatakan dia menangis setiap mengingat dan berbicara tentang bayi-bayi itu.

Setiap kali ditanya apakah dia telah membunuh, melukai, atau dengan sengaja menyabotase bayi-bayi yang dia rawat, Letby menjawab bahwa dia tidak melakukannya dan menjelaskan bahwa dia “mengumpulkan kertas” atau dokumen-dokumen itu yang secara tidak sengaja berakhir di rumahnya.

Dia juga menyangkal sebuah tuduhan yang menyebutkan bahwa dirinya menaruh hati pada seorang dokter dan sengaja melukai bayi-bayi agar Dokter tersebut segera datang dan menangani bayi yang berada dalam perawatannya itu.

Pengacara pembelanya berpendapat bahwa dia adalah seorang “pekerja keras, berdedikasi dan penuh perhatian” yang mencintai pekerjaannya dan tidak ada cukup bukti bahwa dia melakukan tindakan yang dianggap merugikan. Pengacara tersebut mengatakan bayi-bayi yang meninggal secara tiba-tiba bisa saja disebabkan oleh sebab alamiah, atau faktor lain seperti kekurangan staf di rumah sakit atau kegagalan pihak lain dalam memberikan perawatan yang tepat. Dia juga mengklaim bahwa empat dokter senior menyalahkan Letby untuk menutupi kegagalan di unit neonatal.

Namun pada Jumat, 18 Agustus 2023 Letby dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Dia digambarkan sebagai “pembunuh berantai” karena secara definisi kriminologis secara umum tentang pembunuh berantai, yaitu seseorang yang melakukan tiga pembunuhan atau lebih secara terpisah yang bukan untuk balas dendam atau keuntungan materi.

Letby dihukum atas tujuh tuduhan pembunuhan dan tujuh percobaan pembunuhan, menjadikannya pembunuh berantai anak-anak dengan hukuman paling tinggi dalam sejarah hukum Inggris.