Casino88 Online Slot99 Sbobet Slot Sbobet888 Joker1888 88bet Slot39 7mmbet Slot388 Joker138 Joker888

Fenomena sadis di China tahun 1990-an: Tabrak-bunuh

SAHMITRA – Pada tahun 2015 di bulan April, sebuah sedan BMW melaju dengan kencang menembus sebuah pasar buah-buahan di provinsi Guangdong, China. Sedan itu kemudian menabrak dan menggilas tubuh bagian atas seorang bocah perempuan berusia 2 tahun. Nenek sang bocah malang yang menyaksikan kejadian tersebut pun langsung beteriak kearah si pengemudi sedan. Dari dalam mobil seorang pengemudi wanita mendengar teriakan sang nenek yang memberitahunya bahwa dia baru saja menabrak seorang anak.

Yang terjadi kemudian benar-benar diluar nalar. Selepas mengetahui apa yang baru saja terjadi, si pengemudi wanita malah memundurkan mobilnya dan menggilas tubuh bocah malang itu lagi. Dia bahkan tidak hanya melakukannya sekali, melainkan dua kali. Setelah itu pengemudi wanita keluar dari mobilnya, menghampiri dan berkata pada sang nenek:

“Jangan bilang aku yang menabraknya. Katakan suamiku pelakunya. Kami akan memberimu uang.”

Pada pertengahan tahun 1990-an di China ada sebuah fenomena dalam masyarakat yang dikenal dengan “tabrak-bunuh”. Adalah ketika seseorang pengendara kendaraan menabrak orang lainnya di jalan, pengemudi akan dengan sengaja menghabisi nyawa korbannya. Anehnya, fenomena ini dianggap lazim di masyarakat. Seperti pengakuan seorang warga Taiwan yang mengaku akan menabrak korbannya lagi dan memastikan dia mati. Hal tersebut dikarenakan peraturan di Taiwan yang bunyinya jika Anda melumpuhkan seorang, Anda harus membayar perawatan orang tersebut selama seumur hidup. Tetapi jika Anda membunuh orang tersebut, Anda “hanya perlu membayar satu kali, seperti biaya penguburan.

Pada tahun 2008, kejadian serupa terjadi dimana sebuah rekaman kamera keamanan tampak sebuah kendaraan warna putih yang mundur dengan kecepatan tinggi dan menabrak seorang nenek berusia 64 tahun. Roda belakang kendaraan tersebut terlihat menggilas kepala dan tubuh nenek. Pengemudi kendaraan tersebut menghentikan mobil sejenak lalu menginjak gas, menyebabkan roda depannya menggiling nenek itu lagi. Kemudian pengemudi mendorong tubuh nenek itu itu ke trotoar. Dan tidak berhenti disana, si pengemudi menggerakkan mobilnya maju-mundur sebanyak dua kali sementara tubuh nenek berada didalam kolong mobil. Dia kemudian melaju menjauh dari mayatnya.

Hebatnya, si pengemudi yang bernama Zhao Xiao Cheng dinyatakan tidak bersalah atas pembunuhan yang disengaja. Pembelaan Zhao yang mengklaim bahwa dia pikir dia telah menabrak dan menggilas kantong sampah dikabulkan oleh pengadilan Taizhou di provinsi Zhejiang yang kemudian menghukumnya hanya tiga tahun penjara karena “kelalaian”.

Di Cina, kompensasi untuk kasus kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan hilangnya nyawa  korban relatif kecil. Jumlah kompensasi yang biasa diterima oleh keluarga korban hanya berkisar antara $30.000 hingga $50.000 dan begitu pembayaran dilakukan, masalah selesai. Sebaliknya, membayar perawatan seumur hidup untuk orang yang selamat yang cacat bisa mencapai jutaan. Hal ini yang lalu dianggap banyak orang sebagai penyebab utama munculnya fenomena “tabrak-bunuh” karena dinilai adalah jalan keluar yang mudah dan lebih hemat.

Zhao Xiao Cheng, yang tertangkap kamera keamanan menabrak dan menggilas seorang nenek sebanyak lima kali akhirnya hanya membayar kompensasi sekitar $70.000. Terlepas dari kesaksian saksi mata, video dan foto menunjukkan bahwa pengemudi telah mencelakai korban untuk kedua kalinya, dan seringkali bahkan untuk ketiga, keempat, dan kelima kalinya, para pengemudi akhirnya hanya membayar ganti rugi dan waktu penjara yang sama atau kurang dari yang seharusnya mereka terima. Dengan begitu banyak pengemudi tabrak-bunuh yang lolos dari hukuman berat, masyarakat China terkadang mengambil tindakan sendiri. Pada tahun 2013, kerumunan di Zhengzhou di provinsi Henan memukuli seorang pengemudi kaya yang membunuh seorang anak berusia 6 tahun setelah diduga menabraknya dua kali.

Namun kini baik China dan Taiwan telah mengesahkan undang-undang yang berusaha memberantas kasus tabrak bunuh. Legislatif Taiwan mereformasi Pasal 6 KUH Perdata, yang isinya membatasi kemampuan untuk mengajukan tuntutan hukum perdata atas nama orang lain (seperti orang yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas). Sementara itu, badan legislatif China telah menekankan bahwa kasus yang melibatkan banyak orang harus diperlakukan sebagai pembunuhan.