Gila. Warga AS ini sengaja pergi ke Korea Utara untuk ditangkap Kim Jong-un
SAHMITRA – Pemusnahan, pembunuhan, perbudakan, penyiksaan, pemenjaraan, pemerkosaan, aborsi paksa, dan pelecehan seksual. Adalah hanya beberapa contoh ritual yang harus diterima oleh warga negara Amerika Serikat yang dipenjara di Korea Utara, seperti yang dijelaskan oleh sebuah penyeidikan yang dilakukan oleh PBB. Korea Selatan terkenal dengan metode hukuman yang tidak manusiawi. Dan itu berlaku tidak hanya bagi orang asing saja, tapi juga pada warga negaranya sendiri. Pemimpin negara itu, Kim Jong-un seperti memiliki kekuatan dan kekuasan mutlak layaknya ‘tuhan’.
Namun fakta tersebut tidak cukup kuat untuk menghentikan seorang warga negara Amerika Serikat yang memiliki keinginan yang paling aneh dan berbahaya, ditangkap di salah satu negara paling lalim di planet bumi itu. Matthew Todd Miller yang berasal dari Bakersfield, California melakukan perjalanan ke Korea Utara pada 10 April 2014 dengan tujuan untuk ditangkap. Miller dengan sengaja merobek visa turisnya di bandara dan menjelaskan niatnya untuk mencari suaka politik untuk tinggal di negara itu.
Tidak hanya itu, untuk memastikan penangkapannya, Miller juga menulis di buku catatannya, ketika dia masih di China sebelum berangkat ke Korea Utara, catatan itu mengatakan bahwa dia adalah seorang “peretas” yang bermaksud “menghapus militer Amerika dari Korea Selatan”. Miller berniat untuk mengirimkan buku catatannya itu ke pemimpin negara tersebut. Dia mengaku buku catatannya itu penuh dengan rahasia militer dan bahwa saudaranya laki-lakinya adalah seorang pilot F-35 untuk Angkatan Udara AS. Tapi buku catatan dan ceritanya dianggap terlalu mengada-ada oleh pihak Korea Utara. Kebohongannya terkuak sehingga dia lalu diintrogasi lebih lanjut untuk mengetahui tujuan sebenarnya di negara tersebut. Bahkan pihak Korea Utara berniat untuk menerbangkan Miller kembali ke Amerika namun Miller menolak dan oleh karena itu dia ditangkap dan menjalani tahanan selama enam bulan.
Ketika Korea Utara setuju untuk tidak mendeportasinya, Miller ditahan bukan di sebuah kamp kerja paksa seperti gulag Stalin yang mengerikan tetapi di sebuah hotel besar dan kemudian si sebuah wisma dan dikunci. Di tempat yang sama di mana sejumlah tahanan lain termasuk sesama warga Amerika, Kenneth Bae berada.
Mahkamah Agung Republik Rakyat Demokratik Korea akhirnya memutuskan Miller telah melakukan tindakan yang memusuhi DPRK saat memasuki wilayah DPRK dengan menyamar sebagai turis. Berdasarkan Pasal 64 KUHP Korea Utara tentang tindakan spionase, Miller yang waktu ditangkap berusia 25 tahun itu akhirnya mencapai tujuannya untuk bisa tetap tinggal di Korea Utara setelah dijatuhi hukuman enam tahun kerja paksa. Dia kemudian dipindahkan dari wisma tahanan ke fasilitas penjara yang lebih konvensional, yang menyerupai tempat pertanian.
Miller dibebaskan pada 8 November 2022. NK News, situs web terkenal yang mewawancarai Miller selama beberapa hari melalui email, menggambarkannya sebagai seorang “turis penasaran” yang pergi liburan ekstrem. Miller mengatakan kepada situs web bahwa dia ingin mengetahui seperti apa Korea Utara yang sebenarnya. Dia mengatakan dia hanya ingin bertatap muka dengan warga Korea Utara untuk menjawab pertanyaan pribadinya.
“Ini mungkin terdengar aneh, tapi saya siap untuk ‘penyiksaan’. Tapi bukannya itu saya ‘dibunuh’ dengan kebaikan, dan dengan itu pikiran saya terlipat (berubah) dan rencana itu berantakan,” katanya.
Lebih lanjut Miller mengatakan bahwa dia telah mencapai tujuan pribadinya untuk melihat lebih banyak tentang Korea Utara. Namun di tidak mengkonfirmasi atau menyangkal apakah tuduhan spionase itu benar atau tidak, dia hanya menjelaskan bahwa dia di sana tidak untuk memberikan informasi rahasia atau semacamnya tetapi hanya ingin berbicara dengan orang Korea Utara tentang hal-hal normal’ .
“Saya ingin setiap hari duduk bersama mereka dan berbicara tentang segala hal. Saya akan mengajukan satu pertanyaan kepada mereka tentang negara mereka dan mereka akan memiliki pertanyaan tentang negara saya,” katanya.
Meskipun misinya untuk bisa tinggal sementara di Korea Utara berhasil, Miller sejak itu merefleksikan perjalanannya sebagai sebuah ‘kesalahan’. Dia beranggapan bahwa perjalanannya itu tidak menghasilkan perubahan bagi siapa pun, kecuali dirinya sendiri. Dia merasa benar-benar merasa bersalah telah menyia-nyiakan waktu banyak waktu orang Korea Utara dan orang Amerika, dari semua pejabat yang menghabiskan waktu untuk kasusnya.
Kebanyakan orang Amerika yang ditangkap di Korea Utara adalah misionaris yang datang dengan tujuan menyebarkan keyakinan Kristen di negara ateis yang agresif, misalnya Robert Park, yang memasuki Korea Utara secara ilegal pada Desember 2009, dan dibebaskan dua bulan kemudian. Dia mengatakan dia disiksa, dan terus menderita trauma mental yang serius hingga hari ini.