Larangan Masuk WNI dan Polemik Kualitas Tes Corona Indonesia
sahmitra — Ketepatan dan kualitas hasil pemeriksaan virus corona (Covid-19) di Indonesia kembali menjadi sorotan, setelah sejumlah WNI yang mengantongi surat pernyataan negatif justru dinyatakan positif ketika tiba di negara lain.
Kasus yang terbaru terjadi di Taiwan. Pemerintah setempat sampai membuat kebijakan melarang masuk pekerja migran asal Indonesia hingga batas waktu yang belum bisa ditentukan.
Taiwan menganggap Indonesia belum bisa meningkatkan akurasi hasil tes virus corona.
Selain itu, Pusat Komando Epidemi Pusat Taiwan (CECC) juga telah melarang TKI memasuki wilayahnya seiring peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia. Meski demikian, CECC mengatakan keputusan itu bersifat sementara dan bakal dievaluasi apakah akan memperpanjang atau menghapus pembatasan berdasarkan situasi di Indonesia.
Pada Oktober, Taiwan mengonfirmasi 11 WNI positif Covid-19. Hasil tes yang dikeluarkan di Indonesia menyatakan dua diantara WNI negatif Covid-19 pada tiga hari sebelum keberangkatan.
Kemudian pada November, 42 dari 81 WNI yang dikonfirmasi positif Covid-19 di Taiwan memiliki hasil tes serupa. Lalu antara 1-15 Desember, 32 dari 40 WNI dengan kasus positif memiliki bukti hasil tes negatif yang juga dikeluarkan tiga hari sebelum penerbangan.
Menurut Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan, Chen Shih-chung, kredibilitas hasil tes Covid-19 yang dikeluarkan di Indonesia semakin memburuk dari waktu ke waktu.
“Hasil tes ini semakin tidak akurat dari waktu ke waktu. Kami tidak yakin apa masalahnya,” kata Chen.
Menurut Chen, jika penanganan Covid-19 di Indonesia belum membaik dalam masalah ini, Taiwan akan terus menangguhkan masuknya TKI. Dia juga menuturkan bahwa CECC akan memantau situasi di Indonesia untuk memutuskan kapan mencabut larangan masuk bagi pekerja migran dari Indonesia.
Hal yang sama juga terjadi di Jepang. Pada 11 November ada 17 WNI yang datang ke Negeri Sakura hendak magang dinyatakan positif Covid-19 tanpa gejala.
Padahal, mereka semua sudah mengantongi sertifikat negatif Covid-19 tiga hari sebelum keberangkatan. Alhasil, mereka harus diisolasi di fasilitas pemerintah Jepang di Osaka selama 14 hari sejak kedatangan, sebelum menjalani tes PCR kembali.
Mundur ke belakang, peristiwa serupa juga terjadi pada jemaah umrah dari Indonesia. Pada 11 November lalu dilaporkan ada 13 orang jemaah umrah Indonesia dari tiga kelompok terbang (kloter) terkonfirmasi positif Covid-19 setiba di Arab Saudi. Mereka juga sudah menjalani pemeriksaan Covid-19 dari tanah air sebelum terbang.
Rinciannya, delapan jemaah umrah positif Covid-19 pada rombongan kloter pertama, lima jemaah positif pada kloter kedua, dan nol jemaah umrah yang positif pada kloter ketiga.
Menanggapi polemik ini, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mempertanyakan akurasi tes Covid-19 terkait kasus WNI di Jepang.
Menurut dia, perbedaan hasil tes kerap terjadi karena sensitivitas alat tes PCR virus corona yang berbeda. Namun biasanya perbedaan itu terjadi secara acak.
“Artinya yang mungkin terjadi adalah bahwa tes yang dilakukan di Indonesia menggunakan secara keseluruhan standar yang berbeda sehingga memiliki sensitivitas yang lebih rendah,” beber dia.
“Mungkin di negara lain menggunakan sensitivity yang lebih tinggi standarnya,” sambung dia.